Minggu, 13 Januari 2013

sepotong surga d eropa

Oleh: Fahri Hidayat Eropa pada abad pertengahan adalah merupakan sebuah komunitas negeri-negeri yang berperadaban rendah. Kekuatan Gereja yang absolut dan otoriter masih sangat kental mewarnai sendi-sendi kehidupan jutaan penduduknya yang mayoritas beragama Nasrani. Gereja pada masa itu memiliki pengaruh dan kekuasaan melebihi pengaruh seorang Raja. Fatwa Paus di Vatikan seakan menjadi wahyu yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh rakyat Eropa yang masih tenggelam pada zaman kebodohan itu. Banyak sekali penemuan-penemuan sains yang bertentangan dengan dokrin gereja diklaim oleh pihak gereja sebagai sihir yang harus dimusnahkan. Bahkan seorang ilmuan Eropa kenamaan Galileo Galileipun harus rela mengakhiri hidupnya di tiang gantungan lantaran mengemukakan sebuah teori yang menyatakan bahwa bumi itu berbentuk bulat. Teori Galileo ini sangat bertentangan dengan pemahaman masyarakat Eropa dan Dokrin Gereja yang mengatakan bahwa bumi berbentuk datar. Jadi, menurut pemahaman saat itu apabila seseorang hendak mengarungi samudra, dikhawatirkan dia akan terjatuh pada semacam jurang yang dalam. Tragedi yang menimpa Galileo Galilei ini bukanlah satu-satunya. Masih banyak kasus lain yang serupa yang menimpa para ilmuan di Eropa. Disisi lain, pada waktu yang sama, di belahan bumi yang lain terdapat komunitas penduduk yang berperadaban jauh lebih tinggi. Mereka adalah masyarakat muslim yang rata-rata tinggal di Asia. Para Kholifah maupun para Sultan yang memimpin kaum muslimin adalah orang-orang yang cinta akan ilmu pengetahuan. Berbagai disiplin ilmu menjadi makanan sehari-hari masyarakat muslim itu. Universitas-Universitas di dirikan. Tempat-tempat nongkrong para pemuda di negeri-negeri Islam tak ubahnya menjadi tempat untuk berdiskusi tentang ilmu pengetahuan. Maka tak heran jika pada masa itu banyak bermunculan nama-nama ulama` dan ilmuan muslim terkemuka di seantero dunia. Ribuan buku-buku ilmiah hasil karya para cendekiawan muslim tersebut bahkan diterjemahkan kedalam Bahasa Asing untuk di pelajari. Wilayah islam yang saat itu terbentang dari Afrika hingga perbatasan China dipimpin oleh seorang Khalifah. Saat itu hampir dapat dipastikan bahwa setiap jengkal tanah yang didiami oleh kaum muslimin adalah daerah yang berperadaban maju. Sehingga para pemuda Eropa yang ingin menuntut ilmu berbondong-bondong ke negeri-negeri muslim. Spanyol adalah salah satu dari sekian banyak negeri di Eropa yang saat itu masih terbelakang. Dibawah kekuasaan Raja Ghotic yang kejam rakyat spanyol selalu menuai penderitaan yang tidak manusiawi. Pajak yang sangat tinggi, penindasan, dan intimidasi telah menjadi bagian hidup rakyat Spanyol. Sementara itu para pembesar Kerajaan justru menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya dan berhambur-hamburan diatas penderitaan rakyatnya. Luar biasa ketidakadian yang menimpa rakyat spanyol saat itu. Situasi ini bukan hanya berlangsung sehari atau dua hari saja. Namun bertahun-tahun lamanya! Kondisi yang demikian tentu membuat Negeri Spanyol terus melemah. Krisis multidimensipun tak dapat dihindari lagi. Dan akhirnya pihak yang paling merasakan dampak krisis tersebut adalah rakyat jelata. Kemiskinan dan kelaparan merata dimana-mana. Ironisnya, hal ini tidak menyentuh nurani para penguasa untuk melakukan semacam renovasi dan perubahan kearah yang positif untuk membangun kembali kerajaan yang telah rapuh itu. Para penguasa seakan dengan sadar menghabiskan sisa waktu untuk bersenang-senang sebelum akhirnya mereka akan dibinasakan. Entah oleh siapa. Krisis yang melanda Negeri Spanyol itu ternyata diamati dengan seksama oleh Gubernur Afrika Utara yang saat itu dijabat oleh Musa bin Nushair. Afrika Utara secara geografis terletak disebelah selatan Spanyol yang dibatasi oleh sebuah selat. Banyak sekali penduduk Spanyol yang melarikan diri dari tanah kelahiran mereka dan mengungsi ke Afrika Utara demi mendapat perlindungan dari Penguasa Muslim disana. Hal ini tentu membuat hati Gubernur iba. Maka timbullah sebuah gagasan dari Gubernur Musa bin Nushair untuk membebaskan negeri Spanyol dari kedholiman dan ketidak adilan tersebut. Setelah bermusyawarah dengan para penasehatnya Gubernurpun segera meminta izin dari Kholifah di Damaskus untuk menyerang Spanyol. Dan akhirnya permintaan itupun dikabulkan oleh Kholifah. Setelah mendapat restu dari Kholifah, Gubernur segera mengorganisasi pasukan untuk menyerang spanyol. Gubernur mengangkat Thoriq bin Ziyad sebagai jendral yang memimpin pasukan. Thoriq bin Ziyad pada mulanya merupakan salah seorang budak Musa bin Nushair. Namun karena kepiawaiannya dalam militer dan kecerdasanya Gubernur memberinya jabatan sebagai Jendral. Kabar tentang rencana penyerangan Pasukan Muslimin telah tersiar di Spanyol. Namun yang unik disini adalah, rakyat Spanyol yang notabene beragama Kristen itu justru lebih menginginkan dipimpin oleh kaum muslimin dari pada dipimpin oleh Raja Ghotic yang dictator dan kejam. Sementara pihak Kerajaan pada mulanya justru menganggap remeh kedatangan Pasukan Muslim tersebut. Mungkin karena jumlahnya yang memang sedikit jika dibandingkan dengan jumlah tentara Raja Gotic yang banyak. Namun pada akhirnya justru pasukan muslim yang sedikit itulah yang memenangkan peperangan dalam waktu yang relatif singkat. Dan spanyolpun akhirnya menjadi bagian dari wilayah Negara Islam. Ini terjadi pada abad 8M. Setelah menjadi bagian dari wilayah Islam secara bertahap terjadi perubahan yang menakjubkan di Spanyol. Kemajuan dalam berbagai bidangpun mulai tampak. Rakyat muslim dan Kristen dapat hidup rukun dan berdampingan. Dalam sekejap Spanyol menjelma menjadi Negeri yang paling maju diantara negeri-negeri Eropa lainnya. Kemajuan di Negeri Spanyol ini mencapai pincaknya pada abad 8M dimana Cordova yang menjadi ibu kota Spanyol telah menjadi kota terpenting kedua setelah Bagdad. Universitas-universitas telah didirikan. Tempat-tempat diskusi ramai dikunjungi. Para Pejabat Muslim yang memimpin Spanyol saat itu sangat menjunjung tinggi para Ulama` dan Ilmuan. Maka dari tanah itulah lahir ilmuan dan Ulama` besar yang terkenal diseluruh dunia hingga saat ini. Spanyol telah bermetamorfosis menjadi Negara maju yang diakui bukan hanya di Eropa, namun juga di dunia pada masa itu. Negara-negara Eropa yang lain pada saat itu masih tenggelam di masa kegelapannya. Bahkan dikisahkan ketika Kholifah memberikankan hadiah berupa jam pada seorang Raja di Eropa, dia mengira jam itu adalah jelmaan dari jin efret. Ini menggambarkan betapa penduduk Eropa saat itu buta ilmu pengetahuan. Namun, kehadiran Spanyol Islam telah menjadi sepotong tanah surga di Eropa. Banyak orang Eropa yang akhirnya tersadar akan keterbelakangannya belajar di Negeri Spanyol Islam ini. Islam telah membuat Spanyol yang terpuruk menjadi sepotong tanah surga di Eropa. Selama kurang lebih 8 Abad lamanya negeri ini tetap menjadi negeri Islam. Namun pada abad 15 M terjadi revolusi besar-besaran di negeri ini yang berakhir pada pengusiran dan penyiksaan terhadap umat islam. Sangat dahsyat sekali penyiksaan terhadap umat islam pada saat itu! Bahkan digambarkan bahwa seorang muslim dikubur hidup-hidup di peti mayat yang telah ditancapi paku! Ini sungguh sangat ironis mengingat jasa Islam yang telah mengangkat martabat mereka dari kebodohan. Dan Akhirnya, Kota Granada yang merupakan benteng terakhir kekuatan Islam di Spanyolpun berhasil direbut oleh tentara Kristen. Maka berakhirlah pemerintahan Islam di Spanyol. Kenangan indah itu kini tak lebih dari kenangan masa silam yang telah berlalu dan hilang ditelan masa. Sampai kapankah Spanyol kan pergi..? (sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar